Kehidupan awal manusia sangat tergantung dari alam. Ketika alam sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup manusia, yang disebabkan populasi manusia bertambah dan sumber daya alam berkurang, maka manusia mulai memikirkan bagaimana dapat menghasilkan makanan.
Oleh karena itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ غَرَسَ غَرْساً، لَمْ يَأْكُلْ مِنْهُ آدَمِيٌّ، وَلاَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ، إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ
Artinya: “Siapa yang menanam tumbuh-tumbuhan, kemudian dimakan anak Adam (manusia) atau makhluk Allah lainnya, niscaya baginya (pahala) sedekah “ (HR. Muslim)
Sabda tersebut menggerakkan para sahabat Nabi untuk melakukan penghijauan. Diceritakan, Abu Darda radliyallahu ‘anhu pernah menanam pohon zaitun ketika usianya sudah senja. Padahal, untuk menghasilkan buah pohon tersebut membutuhkan waktu cukup lama.
Abu Darda pun ditegur seseorang perihal kegiatannya ini. “Kenapa Engkau menanam pohon zaitun, padahal pohon tersebut lama berbuah sementara usiamu sudah tua, wahai Abu Darda?” “Tidak menjadi persoalan pohon yang saya tanam berbuah ketika saya sudah meninggal, tapi nanti yang menikmati anak cucu saya,” jelas Abu Darda.
Abu Darda pun melanjutkan penjelasannya, “Anak cucu saya akan mendoakan, dan doanya sampai ke kuburan saya.” (Ahmad Rosyidi)
(Disarikan dari kitab Ahubbuhum Anfa’uhum karya Dr. Imad Ali Abd Abdusam’i Husani).
Sumber NU Online
Semoga saja kita semua kelak bisa meninggalkan yang terbaik untuk anak dan cucu kita..Amiin.
BalasHapus