Wengker.com, Humor - Ada sejumlah riwayat, sebagaimana dikutip dalam Tafsir al-Misbah yang ditulis oleh mufassir kenamaan dan kebanggaan kita, Prof. Dr. H. Quraish Shihab, yang menceritakan bagaimana Nabi berinteraksi dalam kesehariannya bersama para sahabat beliau saw.
Pernah suatu ketika Nabi mencandai seorang nenek bahwa surga tidak akan dimasuki perempuan lanjut usia. Maka menjerit kecewa lah sang nenek, sementara Nabi merespon dengan tersenyum sambil membacakan Surat al-Waqi'ah: 35-38 bahwa mereka yang lanjut usia akan kembali muda saat di surga kelak. Sang Nenek tertawa membayangkan wajah keriputnya kembali mulus dan kinclong di surga kelak.
Di lain kesempatan, ganti Nabi yang dikerjai sahabatnya. Nu'aiman ibn Rufaah adalah sahabat Nabi yang turut dalam berbagai pertempuran bersama Nabi. Nu'aiman terkenal gemar bercanda sehingga dalam satu riwayat dikabarkan Nabi berkata bahwa Nu'aiman akan masuk surga dengan tertawa. Suatu saat Nu'aiman mendatangi Nabi sambil menghadiahi Nabi berbagai buah-buahan. Tak lama kemudian datanglah penjual buah yang menagih harga buah-buahan tsb kepada Nabi. Nabi kaget dan menanyakan kepada Nu'aiman: "Bukankah telah kamu hadiahkan buah-buahan ini kepadaku?" Rupanya Nu'aiman berhutang dulu ke penjual buah dan bilang bahwa Nabi yang akan membayarnya. Nu'aiman menjawab: "Benar wahai Nabi, aku sungguh ingin bisa makan buah bersama dirimu, tapi aku sedang tidak punya uang". Nabi tertawa dan lalu membayar harga buah kepada penjual buah. Lihatlah keakraban Sang Nabi dan bagaimana beliau tidak marah "dikerjai" sahabatnya.
Juga riwayat yang menceritakan bahwa suatu saat Nabi SAW berkumpul bersama sahabatnya, dan saat itu sedang makan kurma. Pada saat itu lah Ali bin Abi Thalib iseng, menaruh biji kurmanya di hadapan Nabi SAW. kemudian nyletluk, di antara kita siapa yang paling rakus?
Ali bilang lihat aja siapa yang paling banyak biji kurmanya berarti paling banyak makannya....Apakah Nabi SAW marah? Oh tidak ! Malahan Beliau bilang sambil ngledek Ali bin Abi Thalib...
sambil berkata: “Yang paling rakus adalah yang makan kurma sama biji-bijinya...., lihat siapa yang di depannya gak ada biji kurmanya....
Dikisahkan juga dalam riwayat sebuah riwayat, ada seorang laki-laki meminta pada Rasulullah agar membawanya di atas kendaraan. Kemudian, Rasulullah berkata, “Aku akan membawamu di atas anak unta.” Orang tadi bingung karena ia hanya melihat seekor unta dewasa, bukan anak unta. Kemudian Rasulullah berkata, “Bukankah yang melahirkan anak unta itu seekor unta juga?” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Humor atau bercanda adalah bumbu komunikasi yang tidak pernah lepas dalam pergaulan sehari-hari, bahkan saking akrabnya hal tersebut sudah menjadi profesi sese
Orang. Disamping dapat menghibur, mencairkan suasa, menghilangkan ketegangan, dan meredakan amarah, tak jarang di dalam kelakar muncul benih-benih persahabatan dan persaudaraan anatar sesama.
Pernah suatu ketika Sufyan bin Uyainah ditanya, apakah canda itu termasuk perbuatan tercela? Ia menjawab tidak, “bahkan termasuk sunnah bagi yang dapat mengkondisikannya sesuai dengan aturan.” Dalam Al-Qur’an Surat An-Najm (53) ayat 43, dijelaskan bahwa tertawa dan menangis adalah fithrah yang Allah anugerahkan pada manusia. Rasulullah saw sendiri pun menuturkan bahwa membuat orang lain senang dapat dikategorikan sebagai kebajikan, “Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu“; “Tabassamuka fî wajhi akhîka laka shadaqah.” (HR. Imam Ahmad).
Untuk menciptakan suasana humoris, hendakknya seseorang menjauhi perbuatan yang tidak terpuji layaknya bicara kotor, dusta, mengolok-olok, dan merendahkan sesama demi mendapatkan tawa dari orang lain. Nabi bersabda, “Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa.” (HR. Abu Dawud).
Selain perbuatan tersebut mengandung cela dan dosa, Rasulullah sendiri tidak pernah berkelakar dengan para sahabat, kecuali di dalamnya mengandung kebenaran dan fakta. Hal tersebut, misalnya, dapat kita jumpai dalam hadis Abu Hurairah bahwa para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau telah mencandai kami.” Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya tidaklah aku berbicara, kecuali yang benar.” (HR. Tirmidzi). Kelakar Rasulullah yang ditujukan kepada seorang nenek tersebut di atas adalah salah satu teladan konkritnya. Tidak semata-mata Nabi berkelakar sebagaimana kebanyakan kita, namun kelakar beliau didasarkan pada fakta yang dalam hal ini didasarkan Surat al-Waqi’ah.
Kisah-kisah tersebut pada dasarnya menunjukkan sisi manusiawi Nabi yang sangat cair dan rileks, yang menurut hemat saya perlu sering disipkan dalam materi ceramah kita. Dan konsep humor Nabi inilah kiranya yang juga diteladai oleh para Kyai kita, Kyai penganut paham Islam Nusantara, beragama rileks, Islam yang sufistik yang tak resah mentertawakan diri sendiri. Atau meminjam bahasa Butet Kartaredjasa, prinsip Kyai itu mungkin “Urip Mung Mampir Ngguyu”
By Bapak Ahmad Syafi'i SJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
>>> Please do not use anonymous ....
>>> Berikan data anda dengan benar.....
>>> Berikan komentar anda sebagai bukti bahwa anda adalah pengunjung dan bukan robot......
>>> Komentar ANONIM tidak akan ditanggapai oleh admin......
>>> Sorry, Admin will not respond to anonymous comments are not clear. so thank you