Wengker.com, PBNU - Ketua Umun PBNU KH Said Aqil Siroj menilai, Indonesia memiliki keterbukaan lebih ketimbang negara-negara di Amerika dan Eropa soal menghargai kemajemukan agama. Di Tanah Air, penganut agama tak hanya menikmati kebebasan tapi juga penghargaan atas setiap hari besar keagamaannya, misalnya dengan penetapan hari libur nasional. "Kita bisa lihat, di Amerika dan Eropa tidak ada itu yang namanya libur Idhul Fitri untuk umat Islam. Di Prancis, pemakaian jilbab juga dilarang," katanya di hadapan utusan PCNU se-Indonesia timur dalam acara Pra-Muktamar yang digelar di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (22/4). Padahal di Indonesia, tambahnya, umat Budha dan Konghuchu yang meski pengikutnya tak seberapa, tetap merasakan keleluasaan merayakan hari agungnya. Menurutnya, hal ini dikarenakan umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas di Indonesia sangat mengormati perbedaan.
Kang Said, sapaan akrabnya, menyebut sikap keberislaman ini sebagai karakter Islam Nusantara sebagaimana yang dimiliki NU. Ia menegaskan bahwa Islam Nusantara tak melihat Islam sebagai doktrin aqidah dan syariah semata, melainkan juga tentang akhlak dan peradaban. Kiai asal Cirebon, Jawa Barat, ini menyampaikan, Islam tak boleh lepas dari tanah air dan kebudayaan setempat. Karena itu, nasionalisme dan menghargai kearifan lokal bagi NU penting untuk menciptakan suasana keberagamaan yang damai. "Man laila lahul ardlun laisa lahut tarikh. Wa man laisa lahut tarikh laisa lahu dzakirah. Barangsiapa tak punya tanah air maka ia tak punya sejarah. Dan barangsiapa tidak memiliki sejarah maka dia tidak memiliki karakter," ujar Kang Said.
Menurut pandangannya, dalam konteks hidup bernegara, cinta Tanah Air harus menjadi prioritas melebihi kelompok termasuk Islam. Hal inilah, kata Kang Said, yang tidak terdapat pada mayoritas Muslim di Timur Tengah sehingga dilanda konflik tak berkesudahan. "Islam saja tidak cukup, harus ada komitmen kebangsaan," tuturnya. (Mahbib)
Sumber Info
Kang Said, sapaan akrabnya, menyebut sikap keberislaman ini sebagai karakter Islam Nusantara sebagaimana yang dimiliki NU. Ia menegaskan bahwa Islam Nusantara tak melihat Islam sebagai doktrin aqidah dan syariah semata, melainkan juga tentang akhlak dan peradaban. Kiai asal Cirebon, Jawa Barat, ini menyampaikan, Islam tak boleh lepas dari tanah air dan kebudayaan setempat. Karena itu, nasionalisme dan menghargai kearifan lokal bagi NU penting untuk menciptakan suasana keberagamaan yang damai. "Man laila lahul ardlun laisa lahut tarikh. Wa man laisa lahut tarikh laisa lahu dzakirah. Barangsiapa tak punya tanah air maka ia tak punya sejarah. Dan barangsiapa tidak memiliki sejarah maka dia tidak memiliki karakter," ujar Kang Said.
Menurut pandangannya, dalam konteks hidup bernegara, cinta Tanah Air harus menjadi prioritas melebihi kelompok termasuk Islam. Hal inilah, kata Kang Said, yang tidak terdapat pada mayoritas Muslim di Timur Tengah sehingga dilanda konflik tak berkesudahan. "Islam saja tidak cukup, harus ada komitmen kebangsaan," tuturnya. (Mahbib)
Sumber Info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
>>> Please do not use anonymous ....
>>> Berikan data anda dengan benar.....
>>> Berikan komentar anda sebagai bukti bahwa anda adalah pengunjung dan bukan robot......
>>> Komentar ANONIM tidak akan ditanggapai oleh admin......
>>> Sorry, Admin will not respond to anonymous comments are not clear. so thank you