Gasud.com, wirid adalah suatu amalan untuk selalu mengingat Alloh SWT, dan amalan wirid ini sngat dianjurkan bagi setiap kaum muslimin dan muslimat agar supaya senantiasa selalu ingat kepada Sang Kholiq. Sekalian
hamba-hamba Allah yang shaleh di mana lahiriah mereka dihiasi dengan syariat
dan bathiniah mereka diisi dengan marifat, pastilah sekalian waktu mereka dalam
hidup tidak ada yang sia-sia, tetapi adalah penuh berisi dengan berbagai amal
ibadat. Dan bagaimana dengan amal shaleh yang menghiasi waktu-waktu mereka itu,
yang mulia Imam Ibnu Athaillah Askandary telah mengungkapkan dalam Kalam Hikmah
beliau sebagai berikut: “Tidaklah menganggap remeh akan wirid melainkan
orang-orang yang jahil. Bermula Al-Waarid itu didapat di negeri akhirat.
Sedangkan Al-Wirdu itu terlipat ia dengan sebab terlipatnya kampung dunia ini.
Dan sepatut-sepatut sesuatu yang mementingkan seseorang dengannya ialah sesuatu
yang tidak dapat menggantikan adanya Al-Wirdu yang Allah menuntut wirid bagi
anda, sedangkan Al-Waarid anda yang memohonkan dari Allah. Dan dimanakah
sesuatu yang Allah menuntutnya dari anda (apabila dibandingkan) dari sesuatu
yang bermula dariNya itu tujuan anda pada sesuatu itu.” Dalam ilmu Tasawuf ada
istilah Al-Wirdu, di mana dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan
perkataan “wirid”. Al-Wirdu itu ialah: “Segala amal shaleh yang mendekatkan
seseorang kepada Allah yang Maha Megah dan Maha Pengampun.”
Atau dalam definisiyang lain adalah sebagai berikut: “Segala amal shaleh yang terisilah segala waktu dengannya dan tercegah segala anggota dengan sebabnya pada jatuh ke dalam segala sesuatu yang tidak baik.”
Atau dalam definisiyang lain adalah sebagai berikut: “Segala amal shaleh yang terisilah segala waktu dengannya dan tercegah segala anggota dengan sebabnya pada jatuh ke dalam segala sesuatu yang tidak baik.”
Jadi
yang dimaksud dengan Al-Wirdu ialah amal shaleh apa saja yang bersifat ibadat
atau yang dianggap baik untuk mencari keridhaan Allah dan untuk menghampirkan
diri kepada Allah s.w.t.
Apakah amal shaleh itu sifatnya lahiriah atau sifatnya bathiniah. Apabila amal-amal shaleh itu ditetapkan mengerjakannya pada waktu-waktu tertentu, berarti terisilah waktu-waktu itu dengan hal-hal yang baik dan jauh segala anggota kita pada mengerjakan segala sesuatu yang tidak diinginkan menurut agama. Misalnya dari Al-Wirdu ialah, seperti menetapkan sembahyang Dhuha pada waktunya, menetapkan membaca Al-Quran sehari semalam sekian banyaknya, mengajar ilmu agama pada waktu-waktu tertentu dengan ikhlas tanpa memungut biaya, sembahyang malam sekian rakaat dan sebagainya. Maka mengisi waktu dengan amalan shaleh secara kontiniu, tetap tekun dan yakin, sehingga tidak pernah tinggal, dan kalau tinggal diqadha’. Yang begitu itu adalah disebut dengan Al-Wirdu atau wirid.
Apakah amal shaleh itu sifatnya lahiriah atau sifatnya bathiniah. Apabila amal-amal shaleh itu ditetapkan mengerjakannya pada waktu-waktu tertentu, berarti terisilah waktu-waktu itu dengan hal-hal yang baik dan jauh segala anggota kita pada mengerjakan segala sesuatu yang tidak diinginkan menurut agama. Misalnya dari Al-Wirdu ialah, seperti menetapkan sembahyang Dhuha pada waktunya, menetapkan membaca Al-Quran sehari semalam sekian banyaknya, mengajar ilmu agama pada waktu-waktu tertentu dengan ikhlas tanpa memungut biaya, sembahyang malam sekian rakaat dan sebagainya. Maka mengisi waktu dengan amalan shaleh secara kontiniu, tetap tekun dan yakin, sehingga tidak pernah tinggal, dan kalau tinggal diqadha’. Yang begitu itu adalah disebut dengan Al-Wirdu atau wirid.
Contoh
yang bersifat bathin, seperti pada waktu khusus apakah di siang hari atau malam
hari kita tafakur mengingat segala dosa yang telah kita kerjakan, kita minta
ampun kepada Allah s.w.t. dan kita berzikir dalam hati mengingati Allah s.w.t.
serta mengharapkan keridhaanNya.
II.
Istilah Tasawuf yang kedua yang kita lihat dalam Kalam Hikmah ini ialah
perkataan “Al-Waarid”. Yang dimaksud dengannya ialah :
“Sesuatu yang datang atas bathin si hamba berupa hal-hal yang halus dan nur, maka dengannya menjadi lapanglah dadanya dan bersinarlah hatinya.”
“Sesuatu yang datang atas bathin si hamba berupa hal-hal yang halus dan nur, maka dengannya menjadi lapanglah dadanya dan bersinarlah hatinya.”
Maksudnya
dengan sebab amal-amal shaleh yang kita kerjakan sehingga tidak pernah kita
tinggalkan, adalah merupakan jalan di mana Allah s.w.t. akan mendatangkan
(melimpahkan) ke dalam hati hambaNya nur-nur yang tak dapat dilihat oleh mata
dan dijangkau oleh perasaan, tetapi yang terang, hati kita telah dilimpahkan
ilmu ketuhanan sehingga iman kita terbuka melihat hakikat hikmah alam maya pada
ini dan hati kita bersinar dengannya. Yang begini ini adalah disebut dengan
“Al-Waarid”. Jadi apabila Al-Wirdu merupakan amaliah manusia dan ‘ubudiyahnya
kepada Allah s.w.t., maka Al-Waarid berarti kemuliaan yang diberikan Allah
kepada manusia dengan berkah amal shalehnya itu.
III.
Al-Wirdu patut menjadi perhatian kita manusia sebagai hamba Allah. Sebab hal
keadaannya adalah karena dua hal:
(1).
Al-Wirdu itu kesempatannya, waktunya dan tempatnya hanya khusus di dunia saja,
tidak di akhirat. Sebab itu apabila dunia ini masih ada, maka masih ada
kesempatanlah mengerjakan Al-Wirdu atau wirid, yakni masih ada kesempatan
membaca Al-Quran, bersalawat, sembahyang, berzikir, berwaqaf, bersedekah dan
sebagainya. Tetapi demi dunia ini sudah tidak ada lagi, ataudemi umur kita
sudah sampai, atau demi waktu untuk menerima ibadat sudah tidak ada lagi, maka
tidak ada artinya segala wirid yang tersebut tadi.
Oleh
sebab itu sepantasnya bagi kita memperbanyak ibadat yang bersifat istiqamah di
dunia ini selama masih ada kesempatan, karena kita masih hidup. Tetapi apabila
waktu-waktu yang diharapkan untuk dapat beribadat di dalamnya telah berlalu dan
telah
luput atau umur kita sudah sampai ajalnya, maka pastilah tidak akan mungkin untuk mengejar dan mengganti amal shaleh yang telah luput itu.
luput atau umur kita sudah sampai ajalnya, maka pastilah tidak akan mungkin untuk mengejar dan mengganti amal shaleh yang telah luput itu.
III.
(2) Hak Tuhan atas kita ialah Al-Wirdu itu. Sedangkan hak kita pada Allah ialah
mendapat pahala dan kurnia dariNya atas amal shaleh yang kita kerjakan itu.
Karena itu yang lebih patut dan layak ialah supaya kita melaksanakan hak Tuhan
atas kita, karena dengan demikian pasti Allah dengan sifatNya yang Maha Murah
akan memperhatikan kita. Dan alangkah tidak patut dan tidak kena pada tempatnya,
kita mendahulukan diri kita memohon kepada Allah supaya Allah memberikan
kurniaNya atas kita sedangkan hak-hakNya tidak menjadi perhatian kita dan kita
tidak serius mengamalkannya.
Apabila
demikian pentingnya Al-Wirdu sebagai jalan atas datangnya Al-Waarid, teranglah
bagi kita bahwa orang-orang yang meremehkan Al-Wirdu, tidak memperhatikan
dengan serius atau meninggalkan sama sekali adalah orang-orang bodoh dan
orang-orang jahil, betul-betul jahil. Sebab orang-orang itu tidak sampai
ilmunya atau tidak sampai perasaannya pada merasakan dengan keyakinan hikmah
yang terkandung di dalam Al-Wirdu itu. Tetapi apabila perasaannya sampai pada
menanggapi bahwa Al-Wirdu itu menimbulkan kesucian bathin dan mendatangkan
cahaya iman, yakin dan makrifat, pasti dia tidak akan memandang ringan dan
meremehkan Al-Wirdu itu. Oleh sebab itu cuma rindu semata-mata dan cuma ingin
untuk mendapatkan Al-Waarid dari Allah tetapi tidak mau bersama mencari
jalan-jalannya adalah jahil dan bodoh.
IV.
Inilah sebabnya kita melihat para ulama besar dan hamba-hamba Allah yang shaleh
selalu dalam istiqamah, tekun dan kontiniu dalam beramal dan beribadat,
sehingga waktu-waktu mereka tidak sunyi dari terisi dangan amal-amal kebajikan.
Sebagai
contoh Al-Junaid Al-Baghdady mewiridkan sembahyang sunnah hingga sampai keluar
roh beliau dari dua kakinya, barulah sembahyang itu beliau hentikan. Dan banyak
bukti bagi kita tentang istiqamahnya para ulama dan ketekunan mereka dalam
beramal. Berkata Abu Thalib Al-Makky r.a.:
“Mengekalkan
wirid-wirid adalah sebahagian dari akhlak orang-orang yang beriman dan jalan
orang-orang yang ahli ibadat, dan mengekalkan wirid itu adalah menambah iman
dan tanda yakin.” Dalam satu Hadis, Saiyidah Aisyah r.a. telah ditanyakan,
mengenai amal Rasulullah s.a.w. Aisyah menjawab: “Amal Nabi adalah berkekalan!”
Dan pada lafaz yang lain Aisyah berkata: “Nabi apabila mengamalkan sesuatu
amalan, beliau memperbaguskan amalan beliau, dan beliau tetapkan amalan itu
(secara kontiniu).”
Sebab itu dalam Hadis yang masyhur Nabi bersabda:
Sebab itu dalam Hadis yang masyhur Nabi bersabda:
“Sebaik-baik
amal pada Allah Ta’ala ialah amal yang kontiniu meskipun sedikit.”
Kesimpulan:
Apabila
kita bermaksud supaya hati kita dipimpin oleh Allah dengan bertambah kuatnya
iman, bertambah yakin dan bersinar hati di samping lapang dada kita menghadapi
segala sesuatu di dunia ini, maka jangan lupa berusaha dengan ibadat dan amal
amal-amal shaleh yang sifatnya istiqamah, tetap dan kontiniu. Apabial demikian
keadaannya Insya Allah s.w.t. tanpa kita sadari, kita telah berjalan sedikit
demi sedikit dekat kepada Allah dalam arti iman dan yakin.
Sumber Info
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
>>> Please do not use anonymous ....
>>> Berikan data anda dengan benar.....
>>> Berikan komentar anda sebagai bukti bahwa anda adalah pengunjung dan bukan robot......
>>> Komentar ANONIM tidak akan ditanggapai oleh admin......
>>> Sorry, Admin will not respond to anonymous comments are not clear. so thank you