Senin, 29 Oktober 2012

Kenapa Harus Ada "KEJAWEN" ?????


Ada analisa budaya tentang "kejawen" yang terkenal sarat dengan berbagai mitos mistik didalamnya. "kejawen" bukanlah sebuah sindikat ataupun lembaga keagamaan yang mempunyai anggota resmi lengkap beserta perangkat-perangkat lainnya, laiknya sebuah organisasi atau lembaga.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/"kejawen"". "kejawen" merupakan sebuah kepercayaan atau mungkin boleh dikatakan agama, yang terutama dianut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan sukubangsa lainnya yang menetap di Jawa. "kejawen" pun bukan merupakan sebuah agama yang terorganisir sebagaimana agama Islam dan Kristen semisal. Ciri khas utama agama "kejawen" ini adanya perpaduan animisme, agama hindu dan budha, bahkan juga seluruh agama di Indonesia.

Menurut Yos Rizal dalam artikelnya yang bartajuk “Kesusastraan Islam Melayu dan "kejawen" di Indonesia”, mengungkap Islam masa lampau. Beliau menyebutkan bahwa jika ditilik ulang mengenai sejarah, maka sejarah datangnya Islam pada abad ke- 13 masehi, atau mungkin sebelumnya, menunjukan bahwa agama Islam yang tersiar di Indonesia adalah Islam yang mentradisi, yang telah surut pemikirannya. Artinya Islam yang datang adalah Islam kelas dua, disiarkan dan dikelola ulama-ulama kelas pengikut (tabi');.

Masih juga menurut Yos Rizal, salah satu penyebab timbulnya hal ini dikarenakan, pegangan para ulama terdahulu Indonesia adalah kitab-kitab sastra budaya ekspresif, yang irrasional, berdasarkan perasaan, intuisi dan imajinasi. Sedangkan sastra budaya Islam (kitab-kitab agama) yang bermuatan progresif dan ilmiah belum mendominasi pendidikan agama.

"Kejawen" yang merupakan sebuah produk percampuran dari berbagai agama, sudah mentradisi dan melekat dalam sebuah kepercayaan baru, khususnya bagi orang jawa, atau orang luar jawa yang hidup di sekitar pulau jawa.
"Kejawen" yang disebut oleh seorang ahli antropologi Amerika Serikat , Clifford Geertz the religion of java atau "Agami Jawi" ini bukan saja merupakan sebuah aliran kepercayaan, namun khsusunya bagi orang jawa, "kejawen" merupakan gaya hidup dan sebuah aturan norma yang sakral.
Pada kenyataannya, "kejawen" ini banyak bersinggungan dengan agama-agama, dan lebih melekat dengan budaya Islam. Yakni berdasarkan pada percampuran Islam dan budaya "kejawen" yang dianut oleh orang jawa. Hal ini memang melahirkan suatu budaya baru, yang 'mengeruhkan' budaya-budaya awal. Sehingga tidak dapat diketahui siapa yang hitam dan siapa yang putih, karena "kejawen" berwarna abu-abu.
Ada lagi pendapat dari tokoh Islam Kejawen Bojonegoro,Soenarjo dalam dialog intraktif tentang Islam Kejawen seusai pelantikan PR IPNU dan IPPNU Gunungsari masa khidmat 2007-2008 di Balai Desa Gunungsari. Beliau menyatakan bahwa "Nenek moyang menilai budaya Indonesia beragam. Sehingga perlu ada akulturasi agar Islam dapat diterima masyarakat Jawa”. Islam kejawen juga merupakan Islam percampuran antara Islam dan adat istiadat Jawa. Dalam "Islam kejawen" tokoh yang menjadi rujukan adalah Sunan Kalijaga. Oleh karena itu, masih menurut Soenarjo, Sunan Kalijaga dijadikan rujukan "Islam Kejawen" karena dinilai mampu membaca alam semesta secara benar. Dalam ajaran Jawa, memang menekankan anjuran mempelajari alam semesta. Selain itu, juga menekankan aspek perilaku. "Yakni, lelakon yang harus dilakukan manusia, bukan hanya tekstual

1 komentar:

  1. If some one desires to be updated with most recent technologies after
    that he must be pay a quick visit this web page
    and be up to date every day.

    Feel free to surf to my web site; شركة تخزين اثاث بالرياض

    BalasHapus

>>> Please do not use anonymous ....
>>> Berikan data anda dengan benar.....
>>> Berikan komentar anda sebagai bukti bahwa anda adalah pengunjung dan bukan robot......
>>> Komentar ANONIM tidak akan ditanggapai oleh admin......
>>> Sorry, Admin will not respond to anonymous comments are not clear. so thank you