Unordered List

KH. Ibrahim Bin Al Ghozali 7 tahun Haji dan Nyantri di Makkah

 on Jumat, 27 April 2012  


Ketika masih usia kanak-kanak KH. Ibrahim, selalu belajar dengan tekun kepada ayahandanya sendiri, tentang membaca dan menulis huruf Arab, karena pada saat itu be lum ada pendidikan formal seperti zaman sekarang. Dan yang terutama adalah belajar Al-Qur’an karena KH. Gho zali ayah Ibrahim adalah seorang yang ‘alim dan hafidl Al –Qur’an dan memiliki pesantren sendiri di Ds. Cokromeng galan. Setelah menginjak usia remaja Ibrahim di pondok kan di Pesantren Tegalsari, Jetis, Ponorogo arah selatan da ri desanya +  8 Km, yang mana kala itu di asuh oleh K. A geng Raden Hasan Besari. Diantara santrinya yang saat itu adalah Raden Ngabai Ronggowarsito, seorang pujangga keraton Solo yang sangat terkenal sampai zaman sekarang ini. Konon sepulang dari Tegalsari Ibrahim agak memadai ilmunya, sehingga oleh bapaknya di tugaskan membantu mengajar  di  pesantrennya sendiri di Cokromenggalan. Se
telah usianya semakain dewasa, oleh ayahnya  di jodohkan dengan santri putri di pesantrennya yang bernama Ny. Sud jinah. Santri putri ini sangat rajin, tawadlu’ dan manut da lam berkhidmah kepada kyainya. Oleh karenanya, K. Gho zali langsung mengambilnya sebagai menantu, dan sekitar tahun 1840 M. Ibrahim menunaikan rukun Islam ke 5 yai tu ibadah haji berangkat ke tanah suci Makah al-Mukara mah tanpa di ikuti istrinya.
Saat perjalanan ke tanah suci ibadah haji ke Makah beliau menggunakan kapal layar melalui pelabuhan Tan jung Perak Ujung Surabaya dan memang hanya itulah satu –satunya alat transportasi yang ada saat itu yang di tongka ngi orang-orang Madura. Pemberangkatannya di waktu itu tepat setahun sebelum masuk bulan Dzulhijjah.
Setelah tiba di Makah beliau di samping melaksana kan ibadah haji juga memperdalam Tafsir Al-Qur’an dan Hadits juga Ilmu-ilmu Fiqih bermadzhab Syafi’i. Bahkan juga memperdalam hafalan Al-Qur’an yang merupakan ci ta-cita langka di tanah Jawa ketika itu. Karena memang di Jawa saat itu belum ada guru yang membimbing hafalan Al-Qur’an.
Orang-orang yang  sezaman dengan Ibrahim, orang Indonesia yang belajar di Makah ketika itu adalah Syaikh Ahmad Khotib (Minangkabau), Ustadz Basuni Imran (Bru nai Darussalam), Syaikh Muhammad Nawawi Bantani (Banten), Syaikh Mahfudl (Termas-Pacitan Jawa Timur), KH. Syamsul Arifin (Situbondo) ayah K. As’ad. Mereka itu sama menjadi tokoh dan Ulama’ tersohor di Indonesia.
Ibrahim belajar di Makah selama 8 tahun, beliau se lama belajar disana disamping mendalami ilmu-ilmu aga ma juga belajar ilmu tulis menulis huruf Arab yang indah, khoth dan kaligrafi. Karena Ibrahim ketika nyantri di  Pon dok Tegalsari termasuk santri yang rajin tulis menulis. Ba nyak sekali kitab-kitab peninggalannya yang sampai seka rang  ini  masih ada. Walaupun  tulisannya belum bisa dibi
lang bagus, tetapi rapi dan mudah dibaca. Dan setelah bela jar Khoth dan kaligrafi di Makah tulisan Ibrahim sangat ba gus kalau tidak bisa di katakan luar biasa. Semua itu bisa di lihat di dalam rak musium kitab peninggalan al-marhum KH. Ibrahim di lingkungan masjid Bedi,Polorejo, Babadan Ponorogo.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

>>> Please do not use anonymous ....
>>> Berikan data anda dengan benar.....
>>> Berikan komentar anda sebagai bukti bahwa anda adalah pengunjung dan bukan robot......
>>> Komentar ANONIM tidak akan ditanggapai oleh admin......
>>> Sorry, Admin will not respond to anonymous comments are not clear. so thank you

Diberdayakan oleh Blogger.
J-Theme