Wengker.com, Nahdliyin - Kalau sedang berpuasa, paling enak rebahan di ubin musholla atau masjid. Hawa yang bertiup sungguh adem. Sementara suasananya menenangkan untuk istirahat atau berteduh barang sejenak di tengah aktivitas di siang hari. Setidaknya beban panas atau haus puasa sedikit terkurangi.
Rebahan di lantai masjid akan bagus sekali kalau misalnya sambil memasang niat i’tikaf. Inilah yang dianjurkan oleh Islam ketika berpuasa, yakni beri’tikaf di masjid. Kalau sudah niat, i’tikaf bisa diisi dengan aneka ibadah, minimal zikiran sambil rebahan.
Syekh M Nawawi bin Umar Al-Bantani dalam Syarah Kasyifatus Saja ala Matni Safinatin Naja mengatakan,
ﻻ ﺑﺄﺱ ﺑﺎﻟﻨﻮﻡ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻟﺠﻨﺐ ﻭﻟﻮ ﻟﻐﻴﺮ ﺃﻋﺰﺏ ﻭﻫﻮ ﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻋﻨﺪﻩ ﺃﻫﻞ ﻓﻘﺪ ﺛﺒﺖ ﺃﻥ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﺼﻔﺔ ﻭﻫﻢ ﺯﻫﺎﺩ ﻣﻦ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻓﻘﺮﺍﺀ ﻏﺮﺑﺎﺀ ﻛﺎﻧﻮﺍ ﻳﻨﺎﻣﻮﻥ ﻓﻴﻪ ﻓﻲ ﺯﻣﻨﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ . ﻧﻌﻢ ﻳﺤﻮﻡ ﺍﻟﻨﻮﻡ ﻓﻴﻪ ﺇﺫﺍ ﺿﻴﻖ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺼﻠﻴﻦ ﻭﻳﺠﺐ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺗﻨﺒﻴﻬﻪ ﻭﻳﻨﺪﺏ ﺗﻨﺒﻴﻪ ﻣﻦ ﻧﺎﻡ ﻓﻲ ﻧﺤﻮ ﺍﻟﺼﻒ ﺍﻷﻭﻝ ﺃﻭ ﺃﻣﺎﻡ ﺍﻟﻤﺼﻠﻴﻦ
Tidak masalah tidur di masjid bagi orang yang tidak junub meskipun dia menjomblo, belum berkeluarga. Sejarah mencatat bahwa Ash-Habus Shuffah –mereka adalah para sahabat yang zuhud, fakir dan perantau– tidur (bahkan tinggal) di masjid pada zaman Rasulullah SAW.
Tentu saja haram hukumnya jika tidur mereka mempersempit ruang gerak orang yang sembahyang. Ketika itu, kita wajib menegurnya. Disunahkan pula menegur orang yang tidur di saf pertama atau di depan orang yang tengah sembahyang.
Namun begitu, istirahat di masjid sekarang ini dirasakan tidak nyaman. Jamaah yang hendak istirahat sering terganggu dengan imbauan “Dilarang Tidur di Masjid”. Kalau bukan seruan demikian, jamaah dipusingkan oleh pengajian kaset yang diputar pengurus masjid tanpa alasan jelas seperti penanda dekat waktu Maghrib atau penanda hari Jumat.
Baiknya pihak pengurus masjid menyediakan ruang mana yang bisa digunakan untuk beristirahat, bukan melarang setiap jengkal lahan masjid untuk ditiduri. Dengan demikian jamaah yang sedang berpuasa sedikit nyaman untuk melepas lelah di masjid. Daripada orang yang berpuasa beristirahat di rumah makan yang buka pada siang hari, lebih baik ia menunggu beduk berbunyi penanda masuk waktu Zhuhur, Ashar, atau Maghrib. Wallahu a’lam . (Alhafiz K)
Sumber NU Online
Masih tersediakah ruang di dalam dada kita dan akal kepala kita untuk sesekali berkata pada diri sendiri? Bahwa yg bersalah bukan hanya mereka, bahwa yang melakukan dosa bukan hanya ia,tapi kita juga melakukannya. ELENG - KUWAT - SLAMET
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
>>> Please do not use anonymous ....
>>> Berikan data anda dengan benar.....
>>> Berikan komentar anda sebagai bukti bahwa anda adalah pengunjung dan bukan robot......
>>> Komentar ANONIM tidak akan ditanggapai oleh admin......
>>> Sorry, Admin will not respond to anonymous comments are not clear. so thank you