Ibu tersangka Bom Boston, Zubeidat Tsarnaev, dituding mengenalkan kedua anaknya kepada ajaran Islam radikal dengan mengundang ulama radikal yang biasa memberikan ceramah di ruang dapur rumah mereka.
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Selasa (23/4), paman tersangka, Ruslan Tsarni, mengatakan ibu mereka ibarat bos di rumah. Tamerlan dan Dzhokhar Tsarnaev menilai ibu mereka adalah malaikat, namun dia selama ini membiarkan anaknya Tamerlan diajari ajaran Islam radikal dengan mengundang ulama garis keras ke rumah mereka dan berbicara empat mata dengan anak sulungnya, Tamerlan.
"Salah satu penyebab terbesar adalah ibunya," kata Ruslan.
Pada 1980-an seorang tentara muda Kazakhstan bernama Anzor Tsarnaeva bertemu dengan calon istrinya Zubeidat. Pemuda itu menjadi tentara selama dua tahun.
Anzor masih berusia 19-20 tahun ketika itu. Zubeidat berumur sekitar 17-18 tahun. Perempuan itu berasal dari Dagestan, wilayah perbatasan Kazakhstan dengan negeri Barat. Mereka jatuh cinta, menikah, dan mempunyai empat anak.
Anak pertama laki-laki bernama Tamerlan, anak kedua perempuan bernama Bella, kini 24 tahun. Yang ketiga adalah Alilina, 22, dan bungsu Dzhokhar.
Kerabat mereka mengatakan Anzor, 47, dan Zubeidat, 45, pada 2002 datang ke Amerika Serikat dengan visa turis bersama anak bungsu mereka. Kemudian keluarga mereka tiba setahun kemudian.
Tamerlan, 26, dan Dzhokhar, 19, menjadi tersangka pelaku Bom Boston yang menewaskan tiga orang dan melukai 18 lainnya. Tamerlan tewas saat baku tembak dengan polisi Kamis malam lalu di Watertown. Dzhokhar ditangkap dengan luka serius Jumat malam. Kini dia dirawat di Rumah sakit Beth Israel Deaconess, Kota Boston, Negara Bagian Massachusetts.
[fas]
Surat kabar the Daily Mail melaporkan, Selasa (23/4), paman tersangka, Ruslan Tsarni, mengatakan ibu mereka ibarat bos di rumah. Tamerlan dan Dzhokhar Tsarnaev menilai ibu mereka adalah malaikat, namun dia selama ini membiarkan anaknya Tamerlan diajari ajaran Islam radikal dengan mengundang ulama garis keras ke rumah mereka dan berbicara empat mata dengan anak sulungnya, Tamerlan.
"Salah satu penyebab terbesar adalah ibunya," kata Ruslan.
Pada 1980-an seorang tentara muda Kazakhstan bernama Anzor Tsarnaeva bertemu dengan calon istrinya Zubeidat. Pemuda itu menjadi tentara selama dua tahun.
Anzor masih berusia 19-20 tahun ketika itu. Zubeidat berumur sekitar 17-18 tahun. Perempuan itu berasal dari Dagestan, wilayah perbatasan Kazakhstan dengan negeri Barat. Mereka jatuh cinta, menikah, dan mempunyai empat anak.
Anak pertama laki-laki bernama Tamerlan, anak kedua perempuan bernama Bella, kini 24 tahun. Yang ketiga adalah Alilina, 22, dan bungsu Dzhokhar.
Kerabat mereka mengatakan Anzor, 47, dan Zubeidat, 45, pada 2002 datang ke Amerika Serikat dengan visa turis bersama anak bungsu mereka. Kemudian keluarga mereka tiba setahun kemudian.
Tamerlan, 26, dan Dzhokhar, 19, menjadi tersangka pelaku Bom Boston yang menewaskan tiga orang dan melukai 18 lainnya. Tamerlan tewas saat baku tembak dengan polisi Kamis malam lalu di Watertown. Dzhokhar ditangkap dengan luka serius Jumat malam. Kini dia dirawat di Rumah sakit Beth Israel Deaconess, Kota Boston, Negara Bagian Massachusetts.
[fas]
http://www.merdeka.com/dunia/tersangka-bom-boston-sering-diceramahi-ulama-radikal.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
>>> Please do not use anonymous ....
>>> Berikan data anda dengan benar.....
>>> Berikan komentar anda sebagai bukti bahwa anda adalah pengunjung dan bukan robot......
>>> Komentar ANONIM tidak akan ditanggapai oleh admin......
>>> Sorry, Admin will not respond to anonymous comments are not clear. so thank you