Setelah berbagai proses dilalui akhirnya pengurus PSH Terate Tulung Agung meminta maaf kepada lembaga NU atas ulah anggotanya. Sampai sampai usaha pemkab Tulung Agung gagal mendamaikan mereka dan berikut ini alasan para anggota Anshor kenapa mreka tidak hadir dalam pertemuan islah. Semoga saja kejadian ini cukup sekali ini terjadi dan tidak terulang lagi dilain waktu. Pihak GP Ansor menjelaskan alasan mereka mengapa
tidak hadir dalam pertemuan islah yang diadakan Pemerintah Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur. Ketua GP Ansor Tulungagung, Yoyok Mubarok, mengaku
pihaknya telah mencium gelagat kasus pembacokan dan perusakan lambang Nahdlatul
Ulama (NU) ini akan dibelokkan menjadi kriminal biasa. “Karena dari investigasi
yang kami lakukan, penyerangan ini sistematis. Sepertinya, ini sengaja akan
dilokalisasi. Padahal yang dirusak adalah lambang NU. Karenanya, kami
memutuskan sengaja tidak datang,” jelas Yoyok. Saat ini, lanjut dia, yang
dilakukan NU dan GP Ansor adalah menunggu dan mengawasi penyelidikan polisi. Meski
demikian, Yoyok menegaskan pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin
mengendalikan kemarahan umat. Sebab, sampai saat ini massa Banser dalam kondisi
waspada. Tidak hanya di Tulungagung, tapi juga dari beberapa kota lain di
Jatim.
Pada Selasa 29 Mel lalu, ratusan anggota Banser digembleng di Ponpes PETA Tulungagung. Pemantapan olah kanoragan itu dikhawatirkan untuk mempersiapkan diri melancarkan serangan balasan. “Jangan pernah polisi main-main dalam mengusut kasus ini. Jika pelaku jumlahnya banyak, hukumlah mereka semua. Jangan hanya satu atau dua orang yang sebenarnya hanya pion. Jika itu terjadi, Banser tidak akan tinggal diam,” tegasnya. Sementara itu, Sekda Kabupaten Tulungagung, Heru Dwi Tjahjono, mengatakan dalam masalah ini pemkab hanya ingin mendamaikan kedua pihak yang bertikai. Karena itu, dalam pertemuan islah yang digelar Rabu kemarin, pihaknya ingin menelusuri kronologis permasalahan. Dari keterangan sepihak yang diperoleh, pembacokan yang disertai perusakan simbol NU berawal dari dendam pribadi. “Namun karena ini masih sepihak, kami ingin tahu versi dari pihak lain. Karena tidak datang, kami akan menjadwal ulang pertemuan yang intinya Tulungagung bisa kondusif kembali,” terangnya.
Pada Selasa 29 Mel lalu, ratusan anggota Banser digembleng di Ponpes PETA Tulungagung. Pemantapan olah kanoragan itu dikhawatirkan untuk mempersiapkan diri melancarkan serangan balasan. “Jangan pernah polisi main-main dalam mengusut kasus ini. Jika pelaku jumlahnya banyak, hukumlah mereka semua. Jangan hanya satu atau dua orang yang sebenarnya hanya pion. Jika itu terjadi, Banser tidak akan tinggal diam,” tegasnya. Sementara itu, Sekda Kabupaten Tulungagung, Heru Dwi Tjahjono, mengatakan dalam masalah ini pemkab hanya ingin mendamaikan kedua pihak yang bertikai. Karena itu, dalam pertemuan islah yang digelar Rabu kemarin, pihaknya ingin menelusuri kronologis permasalahan. Dari keterangan sepihak yang diperoleh, pembacokan yang disertai perusakan simbol NU berawal dari dendam pribadi. “Namun karena ini masih sepihak, kami ingin tahu versi dari pihak lain. Karena tidak datang, kami akan menjadwal ulang pertemuan yang intinya Tulungagung bisa kondusif kembali,” terangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
>>> Please do not use anonymous ....
>>> Berikan data anda dengan benar.....
>>> Berikan komentar anda sebagai bukti bahwa anda adalah pengunjung dan bukan robot......
>>> Komentar ANONIM tidak akan ditanggapai oleh admin......
>>> Sorry, Admin will not respond to anonymous comments are not clear. so thank you