Reyog, ada dalam berita tentang wafatnya Kang Heru Subeno, salah satu tokoh warok Ponorogo, Rabu malam. Yang Reog, ada dalam berita tentang kunjungan wisatawan asing yang disuguh penampilan tari Re(y)og di Surabaya. Yang Reyog, ada dalam suplemen Radar Madiun. Tepatnya, dalam sub-suplemen Radar Ponorogo. Sedangkan yang Reog, ada dalam suplemen Metropolis.
Perbedaan dalam penggunaan kata Reyog dan Reog memang sudah sangat akut. Padahal, konon, yang benar adalah kata Reyog. Tapi, coba saja cari kata kunci Reyog di Google, pasti hasilnya tak sebanyak dengan kata kunci Reog.
Konon
(lagi), perbedaan kedua kata ini bermula ketika Markum Singodimedjo
-mantan bupati Ponorogo yang sekarang anggota DPR RI dan kemaruk nyaleg lagi- mengesahkan kata Reog
sebagai istilah resmi untuk tari kesenian khas Ponorogo ini.
Pengesahan itu berdasarkan rekomendasi tim peneliti dari Pemkab
Ponorogo. Meskipun ditolak oleh sebagian tokoh warok Ponorogo,
penggunaan kata Reog tetap digunakan secara resmi. Bahkan, dijadikan slogan Ponorogo. REOG, Resik Endah Omber Girang-gemirang.
Tapi saya heran, kok bisa ya, ada dua kata Reog dan Reyog dalam satu koran, satu edisi pula.
Berikut kopian beritanya, saya ambil dari www.jawapos.com dan www.radarmadiun.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
>>> Please do not use anonymous ....
>>> Berikan data anda dengan benar.....
>>> Berikan komentar anda sebagai bukti bahwa anda adalah pengunjung dan bukan robot......
>>> Komentar ANONIM tidak akan ditanggapai oleh admin......
>>> Sorry, Admin will not respond to anonymous comments are not clear. so thank you